Entri Populer

Sabtu, 11 April 2009

Kompas

Tipe-Tipe Kompas


Kompas yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya; cairan tersebut mengatur gerakan dari jarum, sehingga anda dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun memegangnya kurang dengan sempurna. Jangan membeli kompas yang murah tetapi tanpa cairan yang terdapat di dalamnya. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna. Jika kompas digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih mengarah ke selatan. An interesting detail is that there are northern- and southern-hemisphere compasses. This has to do with the fact that the magnetic field lines, to which a compass needle aligns, point into the earth at the north and south magnetic poles. kompas orienteeringKetika anda menggunakan kompas utara hemispher di, katakanlah, austeralia, arah selatan dari magnet mengarah kebawah oleh medan magnet, dan juga lebih berat dibanding arah utara - hasil di jarum yang dapat ditangkap dan ditarik pada dasar kompas ketika kompas diletakkan secara horizontal. When you use a northern hemisphere compass in, say, Australia, the south end of the magnet is pulled downwards by the magnetic field, and is also heavier than the north end - resulting in a needle that catches and drags on the bottom of the compass housing when the compass is held horizontal.
A good compass will last a long time. However, some things can go wrong with a compass: the plastic components can break, or the housing can develop a leak. Over time, the fluid within the housing may turn an opaque blue-green. And, very rarely, the magnetization of the compass needle may reverse, so that the south end now points to north.

Ada Dua Tipe Kompas Orienteering :

baseplate atau kompas protractor

Kompas tipe ini ditemukan oleh Kjellstrom bersaudara semasa perang dunia II dan terdiri atas sebuah rectangular baseplate, yang ditandai dengan panah warna merah sepanjang axis, dan lingkaran kompas ditandai derajat (hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalahy 360 derajat , tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400 derajat). Tanda dibagian dasar rumah kompas adalah sebuah panah dan sebuah garis paralel di dalam panah tsb. tampilan tambahan mungkin termasuk lanyard untuk memasang kompas di pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu atau lebih ujung dari baseplate, sebuah cermin untuk membaca peta secara detail, dan lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering diatas peta.

Kompas Jempol / Ibujari kompas jempol

Di pertengahan tahun 1980 an, sebuah organisasi orienteering top dari Swedia membuat terobosan untuk mengganti kompas baseplate dengan mempertajam baseplate dan membuat lubang untuk memasang kompas tsb di jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas kompas yang juga dipegang dengang tangan kiri pula. Keuntungan dari sisitem ini adalah peta dan kompas selalu di baca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak; kekurangan adalah sudut yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil. Kesukaan seseorang biasanya menentukan pemakaian tipe kompas yang akan dipakai; kejuaraan dunia memperbolehkan penggunaan kedua tipe kompas tersebuat.

Menggunakan tipe kompas yang lain, ada dua skill dasar yang dibutuhkan seorang orienteer :


Membaca Peta

Mengambil Sudut


Menggunakan kompas untuk membaca peta

Ini adalah teknik yang sederhana, dan ini mungkin kegunaan kompas yang paling penting :

Pegang kompas secara horizontal.

Letakkan kompas mendatar di atas peta.

putar peta sampai "garis utara" dari peta sejajar/satu garis lurus dengan jarum kompas.
Arah peta sekarang sudah sama dengan medan yang sebenarnya. Ini membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca tulisan akan lebih mudah dari atas ke bawah.

Mengambil sudut

Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah sudut dengan acuan arah utara. di dalam kemiliteran atau kepramukaan, ini dinamakan sebuah "azimuth", dan sudut-sudutnya dinyatakan oleh angka dengan satuan derajat. Orienteer mempunyai cara yang mudah, hanya mengatur sudut pada kompas mereka dan menjaga jarum tetap dan tidak berubah, yang mana akan membawa mereka ke arah yang di tuju. Cara mudah mengatur arah pada kompas orienteering adalah :

letakkan kompas di atas peta sehingga jarum kompas mengarah ke atas sesuai dengan jalan yang ingin anda tuju

putar rumah kompas sehingga jarum kompas paralel dengan arah utara yang terdapat di peta (pastikan titik panah utara dan bukan selatan)

take the compass off the map and hold it in front of you so that the direction of travel arrow points directly ahead of you

rotate your body until the compass needle is aligned with the arrow on the base of the compass housing

pick out a prominent object ahead of you along the direction of travel, go to it, and repeat the process (this way you can detour around obstructions but still stay on your bearing)

http://www.geocities.com/ourormed/about_orienteering_2.htm



Navigasi ( 4 )



NAVIGASI SUNGAI

1. Pendahuluan

Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.

2. Pengertian Navigasi Sungai

Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.

3. Perlengkapan Navigasi sungai

a. Peta

navigasi sungai

Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:

1. Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai. Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kondisi fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.

2. Peta topografi, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun pegunungan.

b. Kompas

Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai, kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.

c. Alat Tulis

Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi, setelah terlebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.

d. Altimeter

Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi lebih tepat untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km (contoh gradien sungai 9 m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti, misalnya dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya sekitar 40 meter).

4. Menentukan Kedudukan Pada Peta

Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:

a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam

Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya belokan sungai ke arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta.) apabila masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.

b. Membuat Peta Sendiri

Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatifr lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.

Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth)dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika menggunakan perahu sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan 100 meter. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.


NAVIGASI RAWA

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.

rawa

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:

1) tentukan titik pemberangkatan kita di peta;

2) bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya;

3) ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak: a) Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi; b) Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti; c) Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok; d) Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10;

4. Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.

5. Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.

6. Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.

Catatan: cara berjalan di rawa

a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk membantu menarik teman yang terbenam.

b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada kaarena tanahnya relatif lebih keras.

c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.

d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.


NAVIGASI PANTAI

Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah: - sudut arah dari garis pantai; - tanjung atau teluk; - muara sungai;- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai; - bukit yang terdapat didaerah pantai; - kampung nelayan

Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompaspun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.

Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:

1) Plot posisi kita dengan cara resection.

2) Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.

3) Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.

4) Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.

http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_3.htm

Navigasi ( 3 )



Teknik Peta Kompas

membaca kompas diatas peta

1. Orientasi peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bikit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta, untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok; b) Letakkan peta pada bidang datar; c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi. d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan. e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

2. Azimuth dan Back Azimuth

Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju,azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu : a) Azimuth Sebenarnya,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth Magnetis,yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) Azimuth Peta,yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

3. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection :

a) Lakukan orientasi peta; b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah; c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu; d)Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth; e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya; f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta

4. Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta. Langkah-langkah melakukan intersection : a) lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita; b)bidik obyek yang kita amati; c) pindahkan sudut yang kita dapat dipeta; d) bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c; e) perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

5. Koreksi sudut

Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas(azimuth)yaitu :

A. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)

B. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

Keterangan:

Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)

Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

=tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

Contoh Perhitungan:

Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

besar VM sekarang (2002)= (2002-1942)x 2 menit

= 120 menit= 2 derajat (1 derajat=60 menit)

sudut P= 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.

6. Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak

Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

b. Waktu

Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_2.htm

Navigasi ( 2 )



Mengetahui Ketinggian Suatu Tempat

altimaster

Kadangkala kita dihadapkan pada kondisi dimana kita harus dapat menentukan ketinggian suatu tempat,akan tetapi kita tidak mempunyai alat untuk menentukan ketinggian(altimeter), hal itu dapat diatasi dengan cara :

-Lihat terlebih dahulu interval peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin kita ketahui, memang ada rumusan umum interval kontur= 1/2000 skala peta. tetapim rumus ini tidak selalu benar, beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.

Pada suatu kondisi tertentu yang mendesak, misalnya SAR gunung hutan, sering kali peta diperbanyak dengan cara di foto kopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 meter, atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 meter. peta keluaran Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya. Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis kontur tebal.

Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung ketinggian suatu tempat dengan cara :

1. Cari 2 titik berdekatan yang harganya tercantum

2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).

3. Dengan mengetahui selisih ketinggian kedua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang didapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).

4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada diatas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. bila kontur terletak dibagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung harga kontuir terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari no 3. lakukan perhitungan diatas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda agar mudah mengingatnya.

Titik Triangulasi

Selain dari garis kontur, Kita dapat dapat mengetahui tinggi suatu tempat dengan bantuan titk ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya titik Triangulasi, yaitu suatu titikatau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakn tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :

- Primer : P.14/3120 &nbspKuarter : Q.20/1350

- Sekunder : S.75/1750 &nbspTersier : T.16/975

Mengenal Tanda Medan

Di samping tanda medan yang terdapat pada legenda. Peta topografi biasa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali di peta, yang kita sebut tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda "baca" dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus ada cari dilokasi, tanda-tanda medan itu antara lain :

- puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.

- lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing di tepi sungai.

- belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.

- bila berada di pantai, muara sungai akan menjadi tanda medan yang sangat jelas , begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta dan sebagainya

- di daerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapatkan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Permukaan kelokan-kelokan sungai, cabang-cabang sungai, muara sungai kecil.

- dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, delta dan sebagainya dapat dijadikan sebagai tanda medan.

Pengertian tanda medan ini mutlak untuk dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.

Kompas

1. Guna Kompas

kompas O.

Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.

Secara fisik, kompas terdiri atas : a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada; b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya; c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

2. Jenis-Jenis Kompas, dalam suatu perjalanan banyak macam kompas yang dapat dipakai, pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misalnya kompas prisma) dan kompas orienteering (misalnya kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

3. Pemakaian Kompas,kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.

Altimeter

altimeter digital altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :

- setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.

- Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_1.htm

Navigasi ( 1 )



Pendahuluan

Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.

Peta

Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.

Peta Topografi peta topografi skala 1:24.000

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.



Legenda peta antara lain berisi tentang :

a. Judul Peta

Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula

b. Nomor Peta

Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

c. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu :

1. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.

2. Koordinat Grid

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU, 68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari barat ke timur.

Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8 angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).

d. Kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah : garis kontur

1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.

2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.

4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.

5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.

6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.

7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

e. Skala Peta
skala garis

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu :

1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak horizontal.











f. Legenda Peta
legenda peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

g. Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.

h. Arah Peta

Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu : deklinasi magnetis

1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub utara bumi.

2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.

3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.

Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.

2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis

3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.

4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.



http://www.geocities.com/ourormed/tutorial_4.htm